WORTEL TIKO
Oleh: Cipta Nindya
Di
sebuah kebun wortel yang luas, hiduplah dua ekor kelinci yang bernama Mino dan
Tiko. Setiap kali wortel akan dipanen oleh pak tani, mereka sudah terlebih
dahulu memanen wortel tersebut. Pak tani sudah berulang kali mengejar mereka
tapi mereka berhasil melarikan diri. Sampai-sampai pak tani merasa bosan. Pada
suatu hari, masa panen pun tiba. Mino dan Tiko bangun pagi-pagi sekali.
“Ayo cepat bangun, Mino. Aku tidak
mau pak tani mendahului kita,” Tiko membangunkan Mino yang masih nyenyak
tertidur.
Merepa
bersiap menuju ke kebun. Namun sayang, di kebun sudah ada pak tani yang tengah
memanen wortel-wortel segar. Rupanya kali ini pak tani tak mau kalah dengan dua
ekor kelinci ini.
“Lihat kan? Kita terlambat. Ini semua
gara-gara kamu yang bangun kesiangan!” Tiko memarahi Mino.
“Iya,
iya. Aku yang salah. Maafkan aku ya…” Mino mengakui kesalahannya.
“Mulai
besok, jangan bangun kesiangan lagi ya,” lanjut Tiko menasehati.
Tiko
memang sangat berambisi untuk mengambil hasil panen pak tani. Ia selalu
menghalalkan segala cara agar dapat memperoleh apa yang ia inginkan. Lain
halnya dengan Mino. Mino selalu bersyukur atas apapun yang ia peroleh.
Keesokan
harinya, Mino dan Tiko bangun pagi-pagi sekali. Mereka bangun sebelum matahari terbit.
Mereka segera berlari menuju ke kebun. Ternyata pak tani sudah berada di kebun
tersebut. Tetapi mereka tak kehilangan akal. Mereka mencari lahan yang belum
dipanen oleh pak tani.
“Lihat Tiko! Disana ada wortel yang
masih belum dipanen!” Mino berlari menuju wortel tersebut. Tiko mengikuti. Tiko
berlari lebih kencang daripada Mino.
“Aku mau yang ini! Yang ini daunnya
lebih lebat dan segar. Pasti wortelnya pun juga besar.” Tiko merebut wortel pilihan Mino.
“Baiklah, kalau kamu mau wortel yang
itu, aku akan memilih wortel yang ini. Walaupun daunnya sedikit, semoga
wortelnya besar.” Ucap Mino penuh harap.
“Ya tidak mungkin lah! Jelas-jelas
wortel yang aku pilih ini daunnya tampak lebat. Pasti wortelnya besar dan
segar. Hahaha….” Tiko semakin sombong.
Saat
pak tani sudah meninggalkan kebun, dengan segera mereka menggali tanah agar
bisa mendapatkan wortel yang mereka inginkan. Setelah selesai menggali, ternyata
wortel yang dipilih oleh Mino sangat besar, warnanya orange segar. Sangat
berbeda dengan wortel yang Tiko pilih. Wortel Tiko ternyata kecil, sudah busuk
pula. Tiko merasa heran dengan wortel yang telah ia pilih. Ia tidak percaya dan
merasa iri dengan wortel yang didapatkan.
Tiko
tidak tega melihat Mino yang bersedih. Ia membagi wortel miliknya membagi dua,
kemudian memberikannya kepada Mino.
“Terima kasih Tiko. Kau memang
temanku yang paling baik. Aku berjanji tidak akan sombong lagi.” Mino berterima
kasih sambil memeluk Tiko.
“Tidak apa-apa, Mino. Kita memang
tidak boleh menilai sesuatu dari tampilan luarnya saja. Karena belum tentu apa
yang tampak bagus dari luar, bisa jadi busuk di dalamnya.” Mino menasehati.
“Iya
Tiko. Aku mengerti sekarang.” Ucap Tiko sambil tersenyum.
“Nah,
ayo kita makan wortel ini bersam-sama.” Mereka pun memakan wortel dengan lahap
dan memperoleh pelajaran berharga dari kejadian ini. Bahwa kita tidak boleh
menilai sesuatu hanya dari luarnya saja. Kita harus bijaksana dalam mengambil
semua keputusan.
Ini lomba ya Neng :3?
BalasHapusiseng ppy :D
BalasHapus